Pages

Rabu, 14 November 2012

Serangan Lebah Candi Cetho: Sebuah Perjalanan Menggapai Puncak Hargo Dumilah

Dimulai ketika otak keram gara-gara pusing mikirin tugas akhir (mikirin doang padahal, belum dikerjain). Maka tercetuslah rencana untuk me-refresh otak beserta segala pikiran negatif yang ada dikepala dengan cara jalan-jalan.
Akhirnya ditetapkan Gunung Lawu lah yang menjadi tujuan jalan-jalan kita saat ini. Dengan jumlah orang yang ikut sebanyak 6 orang pada H-7, lalu menyusut menjadi 4 orang pada H-1, lalu menyusut lagi jadi 3 orang pada hari H.



Hari 1, Kamis 17 Mei 2012
Hari ini harus dimulai lebih awal dari hari-hari yang lain. Hal itu karena untuk menuju ke Solo kita tidak naik kereta ekonomi malam (Bengawan / Progo) karena memang sudah kehabisan tiket kereta tersebut untuk keberangkatan hari itu. Jam 06.00 WIB sudah harus berangkat menuju st Tanah Abang untuk naik KA Kutojaya Utara yang berangkat pada pukul 06.45 WIB. Telat 15 menit, akhirnya tepat pukul 07.00 WIB kereta diberangkatkan menuju Kutoarjo.

Source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqc5jDgiv3bxKpx0zeAqJe1sLNDvXrCqmXye3vBrfLtQKms7rCOxIRRExQnQuYPKClJrZ7PinjbI09Cg4oIpb7Ss40-lzobWvt6Huz5vsZFHSHZXpJN7KQerTWs5G2UJMidjWJbnZz4Y8w/s1600/st.tanah+abang1.jpg

Sekitar pukul 14.45 WIB kereta sudah masuk stasiun Kutoarjo. Kita langsung mengantri tiket KRD Prameks untuk meneruskan perjalanan menuju Solo. Kita memutuskan untuk menunaikan kewajiban dulu sembari menunggu kereta tiba. Akhirnya jam 15.00 WIB kereta tiba dan siap-siap untuk diberangkatkan kembali 10 menit kemudian.


Terlambat sekitar 30 menit, karena ada penumpukan penumpang di stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo, maka Prameks yang kita tumpangi baru masuk di Solo Balapan sekitar jam 18.10 WIB. Kita langsung bergegas cari mushala untuk menunaikan kewajiban lagi, dan sialnya pas selesai shalat malah hujan turun dengan derasnya. Jadilah kita hujan-hujanan jalan dari Solo Balapan sampai Terminal Tirtonadi.


Sekitar pukul 19.00 WIB sampai di Terminal Tirtonadi, setelah sebelumnya mengisi perut dulu dipinggir jalan sambil berteduh. Langsung kita mencari toko waralaba Alfa atau Indo untuk melengkapi logistik. Namun ternyata tidak ada toko waralaba tersebut yang dekat dengan terminal. Jadi kita melengkapi logistik dengan belanja di warung depan terminal.
Setelah logistik dirasa lengkap kita langsung masuk kedalam terminal untuk naik bus menuju Karang Pandan. Namun ternyata bus-bus yang kearah Tawang Mangu hanya beroperasi sampai jam 5 sore saja. Jadilah kita menunggu pagi dengan menginap diruang tunggu terminal ini. Ternyata banyak juga orang-orang yang menginap diruang tunggu, jadi kita merasa lebih aman menunggu matahari kembali meninggi.


Hari 2, Jumat 18 Mei 2012
Lagi-lagi harus memulai hari lebih awal yaitu pukul 04.45 WIB kita bangun. Langsung bergegas mandi dan menunaikan kewajiban, tidak lupa sarapan yang kalo kata mas-mas kernet Bus Langsung Jaya sarapan ala "londo", dengan roti sobek. Sekitar jam 06.00 WIB bus Langsung Jaya yang kita tumpangi meninggalkan Terminal Tirtonadi. Bus seringkali berhenti, karena hampir semua penumpang adalah anak sekolahan dan guru-guru yang hendak berangkat sekolah.
Sekitar jam 07.30 WIB kita tiba dan turun di Terminal Karang Pandan. Karena kita masih merasa sebagai orang Indonesia yang beranggapan bahwa belumlah makan jika belum ketemu nasi, maka diputuskan untuk mencari warung nasi untuk sarapan. Selain sarapan yang kita lakukan disini adalah toilet time, ya tahulah apa itu.


Jam 08.10 WIB kita meneruskan perjalanan menuju Terminal Kemuning dengan bus kecil. Untuk yang membawa carrier ukuran 60 liter atau lebih disarankan untuk duduk di kursi paling belakang aja, karena memang ukuran bus yang kecil sangat, dan penuhnya okupansi dari bus ini.


Sampai di Kemuning 30 menit berikutnya kita diturunkan oleh sopir pas depan pangkalan ojek, letaknya 200 meteran dari Terminal Kemuning. Turun bus kita langsung naik ojek sampai kompleks Candi Cetho selama kurang lebih 15 menit. Sampai di kompleks Candi Cetho kita ganti pakaian dulu, dari pakaian untuk jalan-jalan di mall, diganti jadi pakaian untuk jalan-jalan menembus rimba.


Sekitar pukul 09.00 WIB dimulailah perjalanan. Diawali dengan melewati pelataran Candi Cetho. Jalur pendakiannya adalah naik jangan sampai tingkat paling atas itu candi. Nanti disebelah kiri ada pintu gerbang kecil yang menuju Candi Kethek, itulah jalurnya. Jalur dari Candi Cetho ke Candi Kethek landai, dan kita diharuskan menyebrangi sungai kecil sebelum masuk pelataran Candi Kethek. Waktu yang kita butuhkan untuk mencapai Candi Kethek dari Candi Cetho kira-kira 30 menit. Karena memang kebanyakan foto-foto dan sempat tersasar dikit.


Lepas Candi Kethek perjalanan masih landai. Disepanjang perjalanan kita disuguhi oleh ladang-ladang penduduk. Lima belas menit berjalan kita bertemu dengan pertigaan, disini kita ambil jalan belok kanan, karena memang sudah ada petunjuknya bahwa jalannya harus belok kanan.


Tidak jauh dari pertigaan tersebut kita sudah masuk batas hutan. Disini jalur mulai menanjak dengan kemiringan mungkin sekitar 15-30 derajat (ngarang). Jalur bisa dibilang sangat padat dengan tumbuhan-tumbuhan dan cukup sempit. Akhirnya sekitar pukul 10.30 WIB kita sampai di Pos 1. Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi.


Jalur dari Pos 1 ke Pos 2 tidak jauh berbeda dari jalur sebelum Pos 1. Masih padat, sempit, dan tentunya menanjak. Disarankan untuk memakai celana dan baju lengan panjang. Karena sempat kejadian karena padatnya tumbuhan tiba-tiba badan ditempeli oleh ulet bulu. Untungnya menempel di punggung dan paha, sehingga tidak terkena kulit secara langsung. Kita akhirnya sampai di Pos 2 sekitar jam 11.30 WIB. Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi.


Jalur menuju Pos 3 kita menemui 2-3 adanya percabangan jalur, walaupun ternyata jalur yang bercabang tersebut akan bertemu kembali di 20-30 meter didepan. Satu jam berjalan dari Pos 2 kita mendapat halangan yang cukup membuat mental kita jatuh. Di salah satu petak jalur pada saat kita lewat tiba-tiba saja ada segerombolan lebah penyengat menyerang kami. Kita pun lari berbalik arah dengan terpontang-panting. Setelah mengambil nafas, kita pun mencoba untuk maju lagi. Tetapi gerombolan lebah tadi masih ada dan malah menyerang kami dengan lebih sporadis. Dan kami pun kembali harus dipukul mundur. Hasilnya sekitar 15 sengatan lebah yang membuat nyeri harus kami dapatkan.


Sempat tersirat dalam diri untuk mundur. Namun pikiran itu langsung hilang ketika kami mendapat ilham untuk memotong jalur (memutar) dengan tidak melewati petak dimana sarang lebah jahat itu berada. Akhirnya setelah sempat istirahat 15 menit, kita bersiap-siap untuk konfrontasi langsung dengan lebah tersebut. Kita melengkapi persenjataan dan armor. Dengan memakai jaket dan baju berlapis, sarung tangan, tutup kepala, ditambah frame carrier untuk memukul mundur lebah jahat apabila datang menyerang, maka dimulailah kembali perjalanan kita.


Kira-kira 10 meter sebelum tempat sarang lebah itu berada, kita mengambil jalur menyerong kanan sejauh kira-kira 10 meter. Setelah itu kita berbelok menyerong ke kiri kira-kira 10 meter lagi sampai bertemu lagi dengan jalur sebenarnya. Lepas bertemu jalur, perjalanan kita diteruskan dengan sedikit cepat (setengah berlari) dengan kondisi jalur yang masih padat, sempit, dan tentunya menanjak, karena takut apabila masih ada lebah jahat yang kami temui. Akhirnya sekitar pukul 13.15 WIB kita sampai di Pos 3. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri. Istirahat sejenak namun tidak sempat mengambil gambar lantas lanjut lagi.

Source: http://www.pecintaalam.net/wp-content/uploads/2012/09/pos-III-lawu.jpg

Lanjut menuju Pos 4 perasaan was-was akan kembali hadirnya lebah jahat masih mendera kami. Maka itu kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan setengah berlari, namun karena stamina yang sudah mulai habis maka kita hanya bisa seperempat atau mungkin seperlima berlari saja. Kondisi jalurpun masih sama dengan sebelumnya, masih padat, sempit, dan tentunya menanjak. Akhirnya sekitar pukul 14.30 WIB kita tiba di Pos 4. Disini kita istirahat agak lama, sembari makan siang dengan roti sobek, dan sedikit ambil gambar. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.


Lepas dari Pos 4 kondisi jalur masih tetap sama seperti sebelumnya, namun sudah agak terbuka, hanya semak-semak dipinggir jalur saja yang membuatnya menjadi padat. Sepanjang perjalanan dari Pos 3 tadi sampai sini masih saja diikuti oleh 2 jenis lebah yang membuat was-was masih mendera kita. Jenis pertama adalah lebah berwarna hitam dan agak besar, kami memanggilnya lebah baik. Lalu yang kedua adalah lebah berwarna kuning hitam (dominan warna kuning) dan ukurannya lebih kecil, yang menyerang kami dan kami panggil lebah jahat. Tak terasa akhirnya pukul 15.00 WIB kita sapai di Cemoro Kembar. Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.


Lanjut jalan lagi dari Cemoro Kembar kita ketemu banyak bonus, jalan yang landai malah cenderung menurun. Disini kita sempat melihat seekor burung besar sedang muter-muter di atas awan, elang jawa mungkin (ngasal). Kondisi jalan selama kira-kira 20 menit berjalan masih padat oleh semak-semak. Selanjutnya sudah terbuka, hanya ada hamparan luas padang ilalang. Di padang ilalang tersebut jalurnya adalah melewati punggungan bukit yang cukup terjal untuk menuju ke Tugu Perbatasan. Akhirnya sampai di Tugu Perbatasan / Bulak Peperangan sekitar pukul 15.45 WIB. Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.


Melihat hari yang sudah semakin sore dan target kita adalah sudah sampai di Warung Mbok Yem sebelum matahari terbenam, maka perjalanan kita lanjutkan dengan lebih cepat. Melewati Tugu Perbatasan kita harus melewati satu tanjakan yang cukup curam, tanjakan ini tidak jauh berbeda dengan Tanjakan Cinta di Ranu Kumbolo. Lepas tanjakan tersebut kita akan disuguhi pemandangan sabana yang luas. Kondisi jalur sangat bersahabat karena sangat landai ditambah pemandangan yang cukup indah yang menambah semangat perjalanan kita. Akhirnya sekitar jam 16.15 WIB sampai disuatu tempat yang kalau kami kira itu adalah Telaga Menjangan (ngasal), soalnya ada cekungan namun sedang tidak ada airnya, sedang kering mungkin (ngasal). Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.


Baru saja lanjut berjalan selama beberapa menit, kami beruntung bisa melihat kancil atau rusa atau apalah itu dibukit sebelah kanan jalur. Namun hewan cantik itu langsung lari ketika terlihat, jadi tidak sempat mengambil gambarnya. Jalur dari sini menuju Pasar Dieng agak menanjak punggungan bukit. Kanan kiri jalur didominasi oleh pohon-pohon besar yang jaraknya saling berjauhan satu sama lain, pohon pinus mungkin (ngasal). Sekitar pukul 16.45 WIB sampailah kita di Pasar Dieng. Istirahat sejenak sambil sedikit mengambil gambar lantas lanjut lagi. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.


Di Pasar Dieng jalur agak membingungkan. Kita yang tadinya berjalan mengikuti jalur tiba-tiba saja sudah tidak berada di jalur. Kondisi kabut sudah sangat pekat, bekal air pun hanya tinggal seperempat botol. Tentunya hal tersebut tidak memungkinkan bagi kita untuk camp. Akhirnya kita memutuskan untuk tetap pada target kita sebelumnya, dan mundur ke tempat awal kita tiba di Pasar Dieng. Kita ikuti lagi jalur yang tadi dengan lebih hati-hati, dan akhirnya ketemulah jalur yang sebenarnya. Ternyata jalurnya begitu kita masuk Pasar Dieng itu melipir kekiri, lalu belok kanan pada saat bertemu plang petunjuk dipohon. Kebetulan pada saat itu plang petunjuk itu sedang tidak berada di posisinya, alias jatuh. Akibatnya baru sekitar pukul 17.30 WIB kita tiba di Warung Mbok Yem. Baterei HP tewas, jadi ga bisa ambil gambar disini.


Sampai di Mbok Yem kita langsung pesan teh manis anget, buka sepatu, tiba-tiba hujan deras turun membasahi tanah. Beruntungnya kita timing-nya pas banget sampai di Mbok Yem baru hujan. Dengan kondisi seperti itu hilang sudah keinginan kita untuk camp di atas. Jadilah kita memutuskan untuk bermalam di Warung Mbok Yem saja. Sisa hari dihabiskan dengan makan malam pakai mie rebus telor ala Mbok Yem, tidak lupa untuk menunaikan kewajiban. Barulah tidur dengan diselimuti hawa dingin Gunung Lawu yang menusuk. Bekas sengatan lebah pun masih terasa nyeri.

Source: http://tarzanndeso.blogdetik.com/2010/04/06/catatan-perjalanan-menyapa-kabut-lawu-2009/

Hari 3, 19 Mei 2012
Lagi-lagi harus mengawali hari lebih awal, sekitar pukul 04.45 WIB kita sudah bangun. Bekas sengatan lebah masih terasa nyeri. Dilanjutkan dengan toilet time, dan packing barang-barang yang ingin dibawa ke puncak. Barulah sekitar pukul 05.15 WIB kita berangkat, bersama satu rombongan dari Jakarta dan Jogja, yang juga menginap di Mbok Yem malam sebelumnya. Kita baru tiba di puncak Hargo Dumilah 30 menit kemudian. Istirahat sejenak, lalu langsung siap-siap untuk sunrise time dan narsis time.


Dipuncak saat itu cukup ramai, saking ramainya kita harus menunggu cukup lama untuk dapat berpose di Tugu Hargo Dumilah. Disana juga kita bertemu dengan rombongan bapak-bapak para pendaki spiritual, yang bisa mencapai puncak hanya dengan beralas kaki kan sandal kulit, dan berselimut jaket motor. Pukul 07.00 WIB kita baru turun dari puncak, dan sampai kembali di Mbok Yem 15 menit setelahnya. Bekas sengatan lebah pun terasa nyeri lagi.


Sampai Mbok Yem kita langsung sarapan dengan menu nasi pecel plus teh manis anget. Setelah kenyang kita bersantai sejenak sambil memandangi gugusan gunung yang mengeluarkan asap di sebelah timur Lawu, Gunung Semeru mungkin (ngasal). Lalu kitapun packing perabotan, setelah selesai packing kita turun sekitar pukul 08.15 WIB melalui jalur Cemoro Sewu.

Source: http://jogjajavakuliner.net/sop-buntut-dan-nasi-pecel-bu-ugi-2/

Trek turun lewat Cemoro Sewu diawali dengan jalur yang landai dan disuguhi oleh pemandangan indah di timur. Jalurnya melipir di lembah sampai ketemu dengan Sendang Drajat. Batterei HP sudah tewas lagi, jadi perjalanan turun dari atas sampai bawah kita ga sempat ambil gambar satu pun. Kita sampai di Sendang Drajat 15 menit kemudian.

Source: http://www.kaskus.co.id/show_post/000000000000000460740305/1454

Dari Sendang Drajat kebawah jalur udah didominasi dengan trek batu yang disusun-susun jadi tangga (ga jauh beda dengan jalur Cibodas, namun disini lebih curam). Selepas ketemu dengan tangga batu kita ketemu dengan para Laskar partainya Pak Hidayat Nur Wahid, yang jumlahnya lebih dari 200 orang. Jadi sepanjang jalan turun sampai Pos Pendaftaran kita selalu ditemani dengan gerombolan orang dengan baju lapangan warna hijau lumut itu.
Karena hal tersebut maka kita turun dengan santai. Saking santainya Pos IV kita sampai lupa istirahat, baru istirahat di Pos III setelah berjalan kira-kira satu setengah jam dari Sendang Drajat. Di Pos III kita istirahat sejenak tanpa sempat mengambil gambar lantas lanjut lagi.
Dari Pos III sampai Pos I kondisi jalur masih sama, yaitu susunan dari batu-batu yang cukup curam. Namun pohon-pohon di jalur ini tidaklah padat, jauh berbeda dengan jalur Candi Cetho. Sedangkan jalur dari Pos I kebawah masih didominasi oleh tumpukan batu keras yang membuat telapak kaki agak sedikit nyeri, namun sudah lebih landai dari sebelumnya. Akhirnya baru sekitar pukul 12.45 WIB kita tiba di Pos Pendaftaran Cemoro Sewu. Bekas sengatan lebah pun terasa nyeri walau tidak terlalu.

Source: http://gadisrantau.files.wordpress.com/2012/01/cemoro-sewu.jpg

Kita langsung istirahat di warung, sambil menyeruput teh manis anget serta tempe goreng. Lalu bathing time, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah mencari colokan listrik untuk mengecharge HP yang sudah mati dari atas. Setelah semua sudah mandi, perut sudah terisi, dan batterei HP sudah prima kembali kami langsung packing untuk kemudian menuju ke Tawang Mangu naik mobil Elf yang memang sedari tadi telah menunggu.

Source: http://rempakem.wordpress.com/category/wisata/page/2/

Pukul 14.30 WIB sampailah kita di Terminal Tawang Mangu. Kebetulan Bus Langsung Jaya jurusan Solo sudah mau take off. Bus Langsung Jaya yang kita tumpangi jalannya agak meresahkan, jadi untuk yang suka mabuk kendaraan sangat disarankan untuk minum obat anti mabuk minimal setengah jam sebelum naik ini bus. Akhirnya pukul 16.30 WIB bus sudah masuk Terminal Tirtonadi. Bekas sengatan lebah pun terasa nyeri walau tidak terlalu.


Karena memang kita belum memiliki tiket kereta untuk pulang, dan kalaupun beli tiket untuk hari H sudah pasti habis, maka diputuskan untuk pulang menggunakan bus AKAP. Bus yang kami tumpangi menuju rumah di Jakarta baru diberangkatkan dari terminal sekitar jam 19.00 WIB. Sisa hari dihabiskan untuk istirahat di bus yang berkelas bisnis AC plus toilet, walaupun ternyata toiletnya tidak bisa digunakan untuk buang air besar.

Source: http://www.bismania.com/home/showthread.php?t=8749

Hari 4, Minggu 20 Mei 2012
Terbangun pada pukul 03.00 WIB dimana bus sedang beristirahat di Terminal Tegal, langsung teringat dengan pertandingan final Uefa Champions League antara FC Bayern menghadapi Chelsea. Namun apa daya, di bus tidak ada TV, mau lihat Livescore.com di HP pun lemot sekali. Jadilah memasrahkan hasil akhir dan kembali terlelap.

Source: http://www.superchelsea.com/index.php/2012/19/05/preview-bayern-munich-v-chelsea

Kali ini bisa mengawali hari lebih siang, di pukul 06.15 WIB saat bus masih di petak Indramayu. Sampai akhirnya tiba di Terminal Pulo Gadung sekitar pukul 09.30 WIB. Kita langsung cari bus menuju Tanah Abang untuk menuju ke rumah salah satu dari kami. Hingga pada akhirnya ditempat itu pula lah jalan-jalan kita selama 4 hari ini diakhiri. Dan bekas sengatan lebah pun kadang masih terasa nyeri.


SEKIAN.

Popular posts

Iklan